KURANJI: Setiap kali aku melihat seragam sekolah, hayalanku langsung melambung tinggi, mengingatkanku pada cita-cita besar yang ingin kuraih. Tapi disaat aku tersadar, aku teringat bahwa aku bukanlah siapa-siapa, aku hanyalah seorang anak nelayan yang dilahirkan dari keluarga yang miskin, ku sekolahpun aku tetap tidak akan mampu bertahan karena biaya dari tahun ke tahun semakin tinggi, belum biaya seragam, buku pakaian SPP dll.
Mengingat keadaan itu, aku hanya mampu meneteskan air mata kesedihan, bahkan sesekali berteriak "ya...Allah dimanakah engkau taruh nasib dan rizkiku....Wahai penguasa dimanakah aku menitipkan cita-citaku, apakah engkau mendengarkanku.....atau apakah engkau sengaja membuatku seperti ini. Itu suara hatiku yang tak pernah kesampaian, akhirnya aku hanya mampu menikmati hidupku sebagai seorang miskin, membantu pekerjaan orang tuaku untuk mempertahankan hidup karena banyak kebutuhan yang harus kami siapkan, seperti iuran ke masjid, bayar tunggakan aliran listrik, hutang, menyiapkan pakaian dan biaya buat adik-adikku yang sedang sekolah SD dll.
Kondisi sulit ini yang membuatku tak pernah berdaya, apalgi mengingat harga-harga semakin mahal sumber penghasilan semakin sulit, ikan semakin sulit didapat disatu sisi biaya oprasional tidak bisa tertutupi, tp aku tetap tegar dan terus bersyukur sambil tetap bersabar menunggu giliran keberuntungan.
Itulah sepenggal kisah yang dihimpun oleh rekan-rekan KIM disaat mengajak masyarakat pinggiran yang tidak mampu secara ekonomi berbincang-bincang seputar masalah keadaan mereka sehari-hari. satu hal yang sangat menarik dari mereka adalah semangat dan tekat mereka tetap membara, meraih impin dan cita-besar mereka.
http://ybi-attaqwa.com/